EMPAT DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA BAGI ANAK
EMPAT DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA BAGI ANAK
4 Dampak Perceraian Orang Tua Bagi Anak
Studi terkini menunjukkan anak yang dibesarkan oleh orangtua bercerai, merasakan dampak perceraian hingga ia dewasa. Perceraian orangtua memberikan pengaruh negatif terutama dalam hal hubungan berpasangan.
1. Tidak mau menikah.
Perceraian orangtua memberikan pengalaman traumatik yang membuat seseorang menghindari komitmen, karena takut mengalami masalah yang sama dengan orangtuanya. Penolakan terhadap perceraian membuat ia menghindari komitmen dalam hubungan berpasangan. Rasa khawatir terhadap pernikahan ini takkan hilang sama dengan ketakutannya terhadap perceraian yang akan selalu ada selama penolakan terus terjadi.
2. Tak percaya cinta.
Sikap lainnya adalah individu ini menerima dan mau berkomitmen dalam hubungan atau menikah, namun baginya hubungan pasangan menikah bisa terjadi karena ketertarikan fisik semata, tanpa cinta. Sementara, cinta tidak muncul dengan sendirinya, melainkan membutuhkan upaya dari kedua belah pihak untuk membangun hubungan yang solid, saling percaya, saling menghargai dan memiliki cinta sejati.
3. Mensabotase hubungan.
Tanpa sadar, pribadi yang tumbuh dengan latar belakang orangtua bercerai, akan menunggu sesuatu yang buruk terjadi dalam hubungannya dengan pasangan. Pada awalnya, ia menemukan cinta dan memulai hubungan berpasangan, dan berpotensi untuk melanjutkan hubungan jangka panjang yang lebih serius. Namun di tengah jalan, ia menyabotase hubungan ini, dengan menunggu dan meyakini bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap hubungannya. Pribadi seperti ini juga cenderung menganggap semua pria akan berselingkuh, sebuah anggapan yang muncul karena perceraian orangtuanya di masa lalu
1. Tidak mau menikah.
Perceraian orangtua memberikan pengalaman traumatik yang membuat seseorang menghindari komitmen, karena takut mengalami masalah yang sama dengan orangtuanya. Penolakan terhadap perceraian membuat ia menghindari komitmen dalam hubungan berpasangan. Rasa khawatir terhadap pernikahan ini takkan hilang sama dengan ketakutannya terhadap perceraian yang akan selalu ada selama penolakan terus terjadi.
2. Tak percaya cinta.
Sikap lainnya adalah individu ini menerima dan mau berkomitmen dalam hubungan atau menikah, namun baginya hubungan pasangan menikah bisa terjadi karena ketertarikan fisik semata, tanpa cinta. Sementara, cinta tidak muncul dengan sendirinya, melainkan membutuhkan upaya dari kedua belah pihak untuk membangun hubungan yang solid, saling percaya, saling menghargai dan memiliki cinta sejati.
3. Mensabotase hubungan.
Tanpa sadar, pribadi yang tumbuh dengan latar belakang orangtua bercerai, akan menunggu sesuatu yang buruk terjadi dalam hubungannya dengan pasangan. Pada awalnya, ia menemukan cinta dan memulai hubungan berpasangan, dan berpotensi untuk melanjutkan hubungan jangka panjang yang lebih serius. Namun di tengah jalan, ia menyabotase hubungan ini, dengan menunggu dan meyakini bahwa akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap hubungannya. Pribadi seperti ini juga cenderung menganggap semua pria akan berselingkuh, sebuah anggapan yang muncul karena perceraian orangtuanya di masa lalu
Posting Komentar