CONTOH MAKALH ETIKA PROFESI
CONTOH MAKALH ETIKA PROFESI
MAKALAH ETIKA
PROFESI
DIYAN ROHMANSAH
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INFORMATIKA
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam.Hanya dengan rahmat, Karunia,
hidayah serta izinNya lah makalah ini dapat selesai tanpa hambatan yang
berarti. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada
Ayah dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan support kepada penulis serta
Dosen Pembimbing Etika Profesi yang telah banyak membantu dalam penulisan
makalah ini.
Makalah Etika Profesi ini membahas tentang Etika Profesional dalam Konstruksi.
Mugkin dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Namun, harapan penulis semoga
makalah ini dapat berguna bagi Pembaca . Aamiin. Wassala
ciputat, 28 oktober 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama ini banyak sekali berbagai macam penyimpangan
atau pelanggaran yang dilakukan oleh profesional konstruksi sehingga banyak
merugikan konsumen. Mulai dari kolusi, penipuan serta mutu produk konstruksi
yang tidak memenuhi standar. Sebagian besar konsumen merasa tidak puas dengan
hasil kinerja para profesional konstruksi.
Hal ini mendorong beberapa peneliti dan organisasi
konstruksi di dunia untuk melakukan survey. Sehingga dari hasil survey tersebut
dibuat beberapa peraturan/ kode etik untuk mengurangi keluhan ketidak puasan
konsumen terhadap hasil produk konstruksi.
Konstruksi merupakan industri yang hasil produksinya
digunakan oleh banyak orang. Dimana industri konstruksi sangat berhubungan
dengan kepuasan dan keselamatan banyak orang.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai macam
pelanggaran etika profesi berdasarkan hasil survey yang dilakukan beberapa
organ yang dilakukan.
1.3. Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini antara lain :
- Menjelaskan
pengertian kode etik dalam bekerja.
- Menjelaskan
alasan dibuatnya kode etik profesi dalam industri konstruksi
BAB II
ISI
21.Pengertian Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
sebuah bidang arsitektur atau teknik
sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah
area atau pada beberapa area. Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang
terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda. Pada umumnya kegiatan
konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur
disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi buruh bangunan, tukang
kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.
Dalam melakukan suatu konstruksi biasanya dilakukan sebuah perencanaan terpadu.
Hal ini terkait dengan metode penentuan
besarnya biaya yang
diperlukan, rancang-bangun, dan efek lain yang akan terjadi saat pekerjaan
konstruksi dilakukan. Sebuah jadwal perencanaan
yang baik akan menentukan suksesnya sebuah pembangunan terkait dengan
pendanaan, dampak lingkungan, keamanan lingkungan konstruksi, ketersediaan
material bangunan, logistik,
ketidak-nyamanan publik terkait dengan adanya penundaan pekerjaan konstruksi,
persiapan dokumen dan tender, dan lain sebagainya.
2.2. Etika
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan
prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut
etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti
yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
1. Drs. O.P.
Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs.
Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
3. Drs. H.
Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika member
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu
kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan
yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala
aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapatdibagi menjadi
beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha
meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang
dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha
menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi
penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
Etika secara
umum dapat dibagi menjadi :
1. Etika Umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi
dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana
manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral
dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan
ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan
prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini
bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori
dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud :
Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan
kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia
bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau
tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
Etika Khusus dibagi lagi menjadi dua bagian :
1. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan
sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
2. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling
berkaitan.
Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara
kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandangan
dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap
lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini
terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang
yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1.
Sikap terhadap sesama
2.
Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi
Sistem
Penilaian Etika :
1. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah
pada perbuatan baik atau jahat, susila atau tidak susila.
2. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi
sifat baginya atau telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi
pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk
perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah
dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-cita,niat hati, sampai
ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
3. Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu
perbuatan di nilai pada 3 (tiga) tingkat
a. Tingkat pertama, semasih belum lahir
menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi
perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil
perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa Etika Profesi merupakan
bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata
hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi
dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal
merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang terjadi :
1. Tujuan baik,
tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
2. Tujuannya
yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.
3. Tujuannya
tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.
4. Tujuannya
baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
2.3. Profesi
Harus kita ingat dan fahami betul bahwa “Pekerjaan /
Profesi” dan “Profesional” terdapat beberapa perbedaan :
1. Profesi :
a. Mengandalkan
suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b.
Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c.
Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d.
Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
2.
Profesional :
a. Orang
yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
b.
Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
c. Hidup
dari situ.
d. Bangga
akan pekerjaannya.
Ciri- Ciri
Profesi
Secara umum
ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:
1. Adanya
pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya
kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi
pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus meletakkan
kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin
khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan
dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum
profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa
kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang
berada di atas ratarata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat
berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang
baik dalam rangka kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan
bidang kegiatan menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa
diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin baik.
Profesi selalu dikaitkan dengan gagasan 'layanan'.
Dengan demikian, profesi telah digambarkan sebagai sekelompok orang
terorganisir untuk melayani tubuh khusus pengetahuan dalam kepentingan
masyarakat (Appelbaum & Lawton, 1990: p4). Demikian pula, Whitbeck (1998:
p74) menegaskan bahwa profesi adalah "pekerjaan yang baik memerlukan studi
lanjutan dan penguasaan tubuh khusus pengetahuan dan melakukan untuk mempromosikan,
menjamin atau menjaga beberapa hal yang secara signifikan mempengaruhi
'kesejahteraan orang lain ". Tanggung jawabnya telah banyak digambarkan
sebagai termasuk kepuasan "kebutuhan sosial sangat diperlukan dan
bermanfaat" (Johnson, 1991: p63- 64); dan tujuan pelayanan kepada publik
(Murdock dan Hughes, 1996, dikutip dalam Fryer, 1997:p31). Seorang profesional
beroperasi di dunia orang-orang dengan siapa mereka bekerja, rekan dan
spesialis lain, dan orang-orang yang mereka layani, seperti klien mereka dan
publik (Pressman, 1997: p10) - hubungan yang telah disebut sebagai
"konsensus dan fidusia "(Pressman, (1997).
Profesional tidak dibebaskan dari perilaku etis yang
umum - seperti, kewajiban, tugas dan tanggung jawab - yang mengikat orang-orang
biasa (Johnson, 1991:p131) dan biasanya terikat oleh seperangkat prinsip, sikap
atau jenis karakter disposisi yang mengontrol cara profesi dipraktekkan Hal ini
telah disebut dan kekhawatiran potensi masalah menghadapi anggota profesi atau
kelompok dan dampaknya terhadap masyarakat (Johnson, 1991:p132) dengan
implikasi bahwa keadilan harus dikaitkan tidak hanya untuk klien tapi juga
rekan-rekan dan publik (Johnson, 1991: p117). Salah satu aspek penting adalah
bahwa konflik kepentingan, didefinisikan sebagai bunga yang, jika diikuti, bisa
tetap profesional dari pertemuan salah satu kewajiban mereka (Coleman, 1998:
P34). Lain adalah profesional yang tepat yang relevan disebut sebagai "Hak
Penolakan nurani" yang merupakan hak karyawan untuk menolak untuk mengambil
bagian dalam tidak etis melakukan ketika dipaksa untuk melakukannya oleh
majikan. Hal ini dapat terjadi dalam pekerjaan atau non-kerja situasi dan
mungkin tidak perlu melibatkan melanggar hukum (Whitbeck (1998: P51).
Penolakan nurani dapat dilakukan dengan baik hanya
tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang satu melihat sebagai tidak bermoral,
atau mungkin dilakukan dengan harapan membuat protes publik yang akan menarik
perhatian pada situasi yang orang percaya yang salah (Whitbeck, 1998). Profesi
yang berbeda, bagaimanapun, memiliki reputasi yang berbeda sepanjang etika
perilaku yang bersangkutan. Dalam sebuah survei pendapat terbaru umum,
misalnya, arsitek dinilai unggul dalam perilaku etis untuk pengacara, beberapa
dokter dan hampir semua pengusaha, dengan para ulama berada di peringkat
tertinggi Pengacara, tampaknya, diharapkan untuk memprioritaskan kewajiban
mereka untuk klien atas kewajiban mereka kepada publik bahkan jika klien mereka
bersalah melakukan kejahatan, terlepas dari bagaimana keji kejahatan (Johnson,
1991).
2.4. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang
telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya
termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang
agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat
diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional.
Prinsip-
Prinsip Etika Profesi :
1.
Tanggung jawab
a.
Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk
kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita
untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap
kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya.
Tujuan Kode
Etik Profesi :
1. Untuk
menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk
meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk
meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk
meningkatkan mutu organisasi profesi.
6.
Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai
organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8.
Menentukan baku standarnya sendiri.
Adapun
fungsi dari kode etik profesi adalah :
1.
Memberikan
pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2.
Sebagai
sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3.
Mencegah
campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan
profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai bidang.
Proyek konstruksi telah dikritik karena kurang
mencapai dalam hal kepuasan klien mengenai layanan yang diberikan oleh anggota
tim konstruksi.Proyek kurang menghormati hal ini yang kemungkinan akan
menghasilkan kinerja buruk profesional konstruksi. Federasi survei pada tahun
1997, misalnya, telah menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga klien tidak puas
dengan kinerja kontraktor dan konsultan. Selanjutnya, klien juga tidak puas
dengan kinerja arsitek. Oleh karena itu, evaluasi kinerja pembangunanpada
proyek-proyek penting. Ada banyak penelitian tentang konstruksi, dengan fokus
pada aspek yang berbeda dari pengaruh mereka terhadap kinerja proyek. Ini
mencakup evaluasi kinerja kontraktor, menyelidiki kebutuhan klien selama proses
pembangunan, membahas peran arsitek dan mengidentifikasi keterampilan inti
untuk surveyor. Namun, ada kurangnya penelitian membahas isu-isu etika profesi
konstruksi.
Etika merupakan masalah penting bagi para profesional
Sebuah profesi sebagian besar melayani kebutuhan publik. Profesi hanya bisa
bertahan jika publik masih memiliki keyakinan padanya. Bagi sebuah profesi
untuk mendapatkan kepercayaan publik tergantung pada dua elemen penting, yaitu
pengetahuan profesional dan perilaku etis. Oleh karena itu, biaya ketidaktahuan
tentang etika berpotensi sangat tinggi. Selain dari mempengaruhi pada
profesional sendiri, juga dapat memberi dampak yang signifikan pada kualitas
layanan yang disediakan dan juga pada persepsi publik dan citra profesi.
Menurut penelitian yang dilakukan di Hong Kong, kesalahan antara praktisi
konstruksi telah menyebabkan citra industri memberikan standar pekerjaan yang
buruk dan banyaknya malpraktek. Para pelanggar etika konstruksi seperti
praktisi dan profesional telah menyebabkan perhatian pemerintah dan kepedulian.
Sebuah tingkat kinerja serta etika yang tinggi menunjukkan tingkat kinerja
yang profesional dan karenanya, tingkat ketidakpuasan dari klien rendah.
Meskipun ada literatur pada kinerja konstruksi dan ketidakpuasan klien, etika
profesional hampir pada tingkat yang rendah.
Partisipasi surveyor di industri konstruksi meliputi keseluruhan
proyek siklus sebagai surveyor kuantitas, surveyor praktek umum dan surveyor
bangunan telah spesialisasi yang berbeda. Meskipun Royal Institution Chartered
Surveyors (RICS) memiliki Kerajaan Charter status, persepsi masyarakat umum
survei profesional yang rendah. Mereka berpikir surveyor yang menawarkan jenis
pelayanan yang sama seperti agen perumahan dan juga memiliki tingkat yang sama
kepercayaan dan profesionalisme Peraturan RICS Profesional dan Departemen
Perlindungan Konsumen telah melaporkan mereka ditangani dengan sekitar 2.700
kasus kesalahan profesional yang melibatkan surveyor di Inggris yang tidak
pernah mencapai Profesional Melakukan Panel.Namun, Panel masih harus
menyeberang melalui sejumlah besar pelanggaran peraturan, rekening pelanggaran,
keluhan tentang penanganan masalah prosedur dan konflik.
Kurang dari 10% kasus mencapai Disiplin Panel, dan
nama-nama yang dilaporkan dalam Bisnis RICS hanya ujung dari peraturan
gunung Steven Gould, Direktur Peraturan RICS telah menyuarakan keprihatinannya,
"RICS harus sangat khawatir bahwa masih ada beberapa perusahaan survei
yang tampaknya tidak memahami dasar-dasar tentang cara menangani uang klien.
Tidak ada niat untuk melakukan hal yang salah tapi pada saat yang sama, tidak
ada pemahaman tentang bagaimana melakukan mereka benar dan tidak nyata
pengakuan bahwa dalam skenario terburuk; tindakan-tindakan tertentu bisa sangat
merusak 'kepentingan' klien. Hal ini semakin menegaskan perlunya penelitian
pada etika profesional surveyor.
Sebagian besar (90%) berlangganan Kode Etik
profesional dan banyak (45%) memiliki Kode Etik Perilaku dalam organisasi yang
mempekerjakan mereka, dengan mayoritas (84%) mempertimbangkan praktik etika
yang baik menjadi tujuan organisasi penting. 93% dari responden setuju bahwa
"Etika Bisnis" harus didorong atau diatur oleh "Pribadi
Etika", dengan 84% responden menyatakan bahwa keseimbangan dari
keduabpersyaratan klien dan dampak pada masyarakat harus dipertahankan. Tidak
ada responden mengetahui adanya kasus majikan berusaha untuk memaksa mereka
karyawan untuk memulai, atau berpartisipasi dalam, perilaku yang tidak etis.
Meskipun demikian, semua responden telah menyaksikan atau mengalami beberapa
derajat perilaku tidak etis, dalam bentuk perilaku tidak adil (81%), kelalaian
(67%), konflik kepentingan (48%), kolusi (44%), penipuan (35%), kerahasiaan dan
kepatutan melanggar (32%), penyuapan (26%) dan pelanggaran etika lingkungan
(20%).
Untuk profesi membangun dan merancang, nilai tak
terhitung kehidupan manusia tuntutan tidak kurang dari pertimbangan moral
tertinggi dari mereka yang mungkin resiko sebaliknya (Mason, 1998: p2 Insinyur,
arsitek, manajer proyek dan kontraktor, oleh karena itu, memiliki hak dasar
nurani profesional (Martin dan Schinzinger, 1996). Sebuah aspek penting dari
etika dalam industri konstruksi "Etika pribadi" - sering ditafsirkan
oleh para profesional konstruksi sebagai hanya mengobati lain dengan tingkat
yang sama kejujuran bahwa mereka ingin diperlakukan (Badger dan Gay, 1996).
Telah menyarankan, bagaimanapun, bahwa profesional pada umumnya cenderung
percaya bahwa kewajiban mereka untuk klien mereka jauh lebih besar daripada
tanggung jawab mereka kepada orang lain, seperti publik (Johnson, 1991: p28 Ada
juga beberapa kasus di mana kritik telah dibuat mengenai kepatuhan terhadap
standar etika, tidak ada yang lebih dari keracunan asbes skandal yang
mempengaruhi banyak pekerja pada 1960-an (Coleman, 1998:p70)
Hari ini, profesional bangunan mendapatkan integritas
dan kehormatan sampai batas tertentu melalui profesional badan-badan seperti
Australian Institute of Building (2001) yang misinya termasuk yang dari
mencerminkan anggotanya '"... cita-cita untuk pendidikan, standar dan
etika...". Ini diwujudkan dalam kode praktek yang mendefinisikan peran
dan tanggung jawab profesional (Harris et al, 1995) dan merupakan
landasan apapun. Meskipun banyak laporan independen dan investigasi dilakukan
dan menegaskan bahwa asbes itu berakibat fatal, penggunaan dalam industri
bangunan tetap sangat tinggi sampai penggunaan itu benar-benar dilarang
(Coleman, 1998). Program etika (Calhoun dan Wolitzer, 2001). Tentu saja, kode
saja cukup untuk memastikan perilaku etis dan mereka perlu dilengkapi dengan
penugasan tanggung jawab fungsional (misalnya, etika perwira) dan majikan pelatihan.
Efektivitas ini telah menjadi obyek paling penelitian
empiris sampai saat ini, dengan penekanan khusus pada tender kolusif, yang
didefinisikan sebagai "perjanjian ilegal antara peserta tender yang
menghasilkan tawaran yang tampaknya kompetitif, penetapan harga, distribusi
atau pasar skema yang menghindari semangat bebas kompetisi dan menipu klien
"(Zarkada-Fraser, 2000) dan termasuk tawaran-potong tawaran-belanja, harga
tutup, biaya tersembunyi dan komisi dan kompensasi untuk peserta tender yang gagal
(Ray et al, 1999; Zarkada-Fraser dan Skitmore, 2000) bersama-sama dengan
"penarikan" (Zarkada, 1998: p36) di mana sebuah tenderer menarik
tawaran mereka setelah berkonsultasi dengan peserta tender lainnya.
2.5.Etika Industri Konstruksi
Dalam hal profesi individu, seringkali diasumsikan
bahwa arsitek tidak hanya berbakat dalam desain dan konstruksi bangunan, tetapi
juga etika tertinggi kaliber untuk contoh, telah ditelusuri kembali ini
untuk American Institute of Architects Kode Etik ditetapkan pada tahun 1947.
Kode etik saat ini berkisar pada konsep "umum yang baik adalah benar
"untuk hal-hal tidak didasarkan pada hukum (Pressman, 1997: p52). Demikian
pula, KodePerilaku Profesional, terdiri dari Prinsip, Aturan dan Catatan. Arsitek
telah ditemukan ingin di kali, bagaimanapun, sebuah jajak pendapat baru-baru
ini tentang etika dalam arsitektur dilakukan oleh majalah Arsitektur
Progresif, 1987 mengutip jenis utama dari perilaku yang tidak etis dalam
arsitektur menjadi:
· Menyembunyikan
kesalahan konstruksi dan mencuri orang lain menggambar
· Melebih-lebihkan
pengalaman dan prestasi akademik di resume dan aplikasi untuk komisi
· Pengisian
klien untuk bekerja tidak dilakukan, biaya tidak dikeluarkan atau berlebihan
· janji-janji
palsu kemajuan seperti yang dilakukan oleh beberapa arsitek
· menyesatkan
klien dalam manajemen proyek
· Keterlibatan
dalam konflik kepentingan
Untuk
manajer proyek, salah satu elemen penting dari profesi mereka adalah pertimbangan
etika dan tanggung jawab sosial (Fryer, 1997: p13). Harus ada ada konflik
antara moralitas dan manajemen yang baik "... Itupenting bahwa manajer
proyek melakukan pekerjaan mereka secara etis ...". Ini dari Pembukaan
Kode Etik bagi Manajer Proyek (Walker, 1989), menegaskan lingkup kode etik yang
tepat diperlukan oleh manajer proyek. Kontraktor konstruksi juga diharapkan
untuk berperilaku secara etis. Sebuah terakhir wawancara survei profesional
konstruksi menunjukkan peran penting etika melakukan bermain di kontraktor
konstruksi (Badger dan Gay, 1996), suatu mengejutkan Bahkan mengingat bahwa
orang yang bekerja di industri konstruksi dua kali lebih mungkin mempertahankan
cedera utama dan lima kali lebih mungkin untuk dibunuh, daripada rata-rata
untuk semua industri (Davis, 2001). Menjadi jujur dan realistis juga
dikatakan sebagai dasar aspek integritas profesional, terutama ketika membuat
klaim dan estimasi (Johnson, 1991: p114).
Berbeda dengan arsitek, bagaimanapun, kontraktor
konstruksi memiliki reputasi perilaku tidak etis, masalah utama yang, menurut
sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh jurnal Penelitian Bangunan dan
Informasi (Pilvang dan Sutherland, 1998), tinggi tingkat perselisihan
antara pemilik dan pembangun. Mereka umumnya miskin perilaku telah dikatakan
berasal dari masuknya perusahaan konstruksi baru dengan baru orang yang tidak
memiliki etika bangunan konstruksi, dengan keserakahan menjadi salah satu utama
faktor yang menyebabkan perilaku yang tidak etis (Ritchey, 1990 Sebagai
tanggapan, telah ada panggilan dari masyarakat kontraktor sendiri untuk "menyingkirkanorang-orang
dalam tengah-tengah kitayang tidak melakukan hal yang benar "(Master
Builder, 1997: P25). Ada juga pindah ke yang lebih besar swa-regulasi.
Queensland Pembangun Guru, misalnya, dimulai drive untuk lisensi semua
pembangun untuk memberikan beberapa jaminan integritas mereka. Demikian pula
Inggris kontraktor telah memperkenalkan konsumen didorong inisiatif yang
disebut "Mark Kualitas 'dengan tujuan membedakan antara 'Nakal' pembangun
dan organisasi terkemuka, seperti ditunjukkan dalam The Majalah
dariFederation of Master BuildersBiro Bisnis dan EkonomiPenelitian telah
menggambarkan sebuah inisiatif serupa di Amerika Serikat, untuk mengekang
perilaku tidak etis oleh kontraktor, yang disebut JenderalAsosiasi
Kontraktor / AmerikaAsosiasi subkontraktor (AGC / ASA) yang bertujuan untuk
alamat yang berbeda masalah dalam industri konstruksi.
2.6.Kinerja proyek konstruksi
2.5.1. Pengukuran
kinerja konstruksi
Indikator kinerja tradisional untuk proyek konstruksi
telah waktu, biaya. Sebuah pengukuran yang lebih baru diperkenalkan
keberhasilan proyek adalah tingkat pencapaian tentang tujuan proyek yang
ditetapkan oleh berbagai pihak untuk itu De Wit (1988) menyatakan, proyek ini
dianggap sebagai keberhasilan keseluruhan jika proyek tersebut memenuhi
spesifikasi kinerja teknis dan / atau untuk dilakukan, dan jika ada tingkat
kepuasan yang tinggi tentang hasil antara orang-orang kunci dalam organisasi
induk, kunci orang di tim proyek dan pengguna kunci atau klien dari usaha
pembuat keputusan pada apakah proyek ini sukses adalah klien. Pentingnya klien
telah diidentifikasi dalam beberapa ulasan dan laporan Pada tahun 1981, Roger
Flanagon menyatakan 'partai penting dalam konstruksi industri klien Bangunan
adalah tentang mendapatkan itu tepat bagi klien karena dia adalah hanya orang
yang penting di akhir hari 'Latham (1994) telah menempatkan klien pada 'inti
dari proses dan kebutuhan mereka harus dipenuhi oleh industri Baru-baru ini,
Boyd dan Kerr (1998) menyatakan bahwa 'baru-baru ini doktrin yang 'berfokus
pada klien' telah mengangkat peran klien dalam properti dan konstruksi industri
untuk posisi seperti Tuhan. Hal ini dapat, oleh karena itu, dikatakan bahwa
kepuasan klien adalah kriteria yang paling penting bagi keberhasilan proyek.
2.5.2. Tingkat
kinerja konstruksi
Meskipun penting, kinerja industri konstruksi rendah,
diukur dalam hal baik tradisional atau indikator kepuasan klien. Misalnya,
survei dilakukan oleh Forum Klien Konstruksi menemukan bahwa lima puluh delapan
persen dari responden mengalami overruns program pada proyek- proyek mereka
dengan panjang keterlambatan rata-rata empat puluh delapan hari dari titik
penyelesaian diantisipasi untuk aktual tanggal menyelesaikan Di depan anggaran,
klien secara kritis ketidakmampuan industri untuk menjaga anggaran kontrak yang
disepakati; tiga puluh dua persen dari proyek melebihi setuju jumlah Akhirnya,
lima puluh tujuh persen dari klien mengalami cacat pada proyek mereka cukup
untuk menyebabkan penundaan proyek penyerahan Klien sering tidak puas dengan
pengiriman proyek dan situasi ini telah ada selama bertahun-tahun. Sebagai
contoh, lebih dari 20 tahun yang lalu, direktur managing Slough Perkebunan
menyatakan pandangannya 'bahwa tujuan industri adalah untuk memuaskan kebutuhan
saya tetapi gagal untuk melakukannya. Kritiknya difokuskan pada industri
bangunan kegagalan untuk mengantarkan barang tepat waktu, dan pada harga yang
wajar. Sir Michael Latham (1994) melaporkan menyatakan bahwa "klien tidak
selalu mendapatkan apa yang mereka minta dan tingkat kepuasan klien dalam
industri konstruksi lebih rendah dari industri. Meningkatkan kinerja untuk
memuaskan klien masih fokus dari sejumlah pasca-laporan Latham (misalnya CCF,
1998; CIB, 1996, 1997; Egan, 1998) dan di terakhir Sir John Egan mengungkapkan
"keprihatinan yang mendalam bahwa industri secara keseluruhan bawah
mencapai dan mengatakan bahwa' kebutuhan untuk meningkatkan dalam konstruksi
jelas.
2.7. Literatur review atas surveyor
Pengetahuan profesional dan standar etika keduanya
karakteristik penting dari kompeten surveyor Namun, literatur sebelumnya
konsentrat pada pembahasan pengetahuan khusus surveyor. Hal ini juga berbeda
dari penelitian pada peserta konstruksi lainnya, tetapi berfokus lebih pada
hubungan antara surveyor dan kinerja proyek konstruksi. Sebaliknya, berfokus
pada 'surveyor' sendiri.
Wilayah utama pertama dari penelitian tentang surveyor
membahas peran surveyor. Dalam 1983, RICS (1983) menerbitkan panduan resmi
pertama pada peran kuantitas surveyor di Inggris. Dokumen ini berisi daftar
peran dan tanggung jawab kuantitas surveyor (QS). Hodgetts (1989) juga telah
membahas peran QS Australia.
Sejak itu, RICS telah menerbitkan lebih lanjut tentang
peran perubahan surveyor dalam dua dekade terakhir Mereka telah membahas
tantangan perubahan untuk survei profesional dan mendiskusikan apa yang adalah
peran baru dikembangkan untuk surveyor. Daerah penelitian kedua utama lainnya
menyelidiki keterampilan inti dan kompetensi surveyor. RICS (1985) telah
menghasilkan daftar layanan yang tersedia dari Chartered Surveyor Kuantitas
Pada 1990-an, RICS diterbitkan beberapa laporan yang ditujukan untuk
membicarakan persyaratan pasar untuk survei profesi dan juga menangani
keterampilan inti dan pengetahuan yang seharusnya surveyor kuantitas
Keterampilan dan pengetahuan adalah 'praktis'
keterampilan, seperti komputasi, pengukuran dan lain-lain kontrak, yang penting
bagi mereka untuk dapat melakukan 'tangan-' tugas. Jenis penelitian ini tidak
terbatas ke Inggris Nkado dan Kotze (2000) telah melakukan penelitian serupa di
Afrika Selatan.
Ada juga ada kekurangan metode penelitian yang
menyelidiki untuk meningkatkan surveyor ' kualitas dan mempromosikan layanan
mereka Ashworth (1994) telah membahas apa jenis program pendidikan dan
pelatihan surveyor kuantitas mungkin bisa membantu dan meningkatkan kualitas
layanan mereka McNamar (1999) telah membahas bagaimana penelitian dapat menjadi
strategi pemasaran untuk layanan kuantitas survei. Procter dan Rwelamila (1999)
telah mempelajari bagaimana untuk memberikan kualitas layanan untuk surveyor
kuantitas di Afrika Selatan.
Literatur ini berfokus pada masalah bagaimana
meningkatkan pengetahuan profesional dan keterampilan teknis surveyor Namun,
elemen kunci kedua profesi, yaitu kode etik, telah diabaikan.
Ada pekerjaan akademis terbatas pada etika untuk
memiliki penelitian dilakukan di daerah ini. Yang pertama mempelajari persepsi
standar etika surveyor kuantitas profesional dan konstituen penting
mempengaruhi pembuatan keputusan etis. Namun, penelitian ini tidak mencerminkan
seluruh gambar untuk profesi seperti survei difokuskan pada mempelajari survei
tertentu divisi. Juga, kedua makalah mempelajari etika profesional sebagai subjek
'berdiri sendiri' dan mengabaikan hubungannya dengan masalah lain, seperti
kinerja proyek konstruksi.
2.8.Etika profesional dan surveyor
Profesional adalah kelompok terorganisir orang yang
telah sistematis dan umum pengetahuan yang dapat diterapkan untuk berbagai
masalah. their Selain itu, mereka perilaku secara ketat dikontrol oleh kode
etik yang didirikan dan dipelihara oleh asosiasi profesional dan belajar
sebagai bagian dari pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi syarat sebagai
seorang profesional. Akhirnya, mereka harus memiliki kepedulian untuk
kepentingan mereka klien dan masyarakat daripada kepentingan pribadi ketika
mereka menawarkan layanan mereka. Etika dalam penggunaan umum berarti filosofi
perilaku manusia dengan penekanan pada pertanyaan moral yang benar dan Etika
profesional. Namun, selalu terikat dengan konsep yang lebih praktis dan harapan
dari masyarakat, kompetensi tanggung jawab, suka dan kesediaan untuk melayani
publik RICS juga telah mendirikan persyaratan yang sama untuk surveyor.
Selain mencapai standar yang diperlukan pelayanan di
bidang spesialis mereka, itu adalah diharapkan anggota akan memahami pentingnya
RICS profesional etika dan bersedia untuk memenuhi standar yang dibutuhkan dari
mereka (Salah satu isu-isu inti untuk RICS etika profesional adalah bahwa
'mengamankan klien' kepentingan '. The Para Etika Profesional Partai Kerja juga
telah menekankan pandangan ini: ia mengatakan bahwa 'Etika profesional adalah
memberikan seseorang terbaik untuk memastikan bahwa klien kepentingan benar
dirawat, tetapi dengan begitu kepentingan umum yang lebih luas juga diakui dan
dihormati. RICS mendefinisikan etika sebagai seperangkat prinsip moral meluas
melampaui kode resmi perilaku Ia juga mengatakan bahwa kesediaan anggota untuk
mengikuti prinsip-prinsip ini adalah salah satu kunci untuk ekspansi profesi
Berlatih dan memberikan saran kepada klien secara etis profesional adalah salah
satu alasan utama orang memilih untuk jawaban pada anggota mengakui badan
profesional. Dengan mengikuti kode etika profesional, anggota menyelesaikan
konflik yang tak terelakkan antara kepentingan dari profesional, klien dan
masyarakat pada umumnya Namun, etika bukan teks tetap yang bisa dipelajari
sekali. 'Etis standar' adalah dinamis masalah Tindakan tertentu dapat etis saat
ini atau dalam masyarakat khususnya dan dalam tertentu situasi, tapi mungkin
bisa dipandang secara berbeda oleh orang lain atau di lain waktu. Oleh karena
itu, diperlukan untuk terus meninjau perilaku dalam rangka untuk mengikuti
dengan terus-menerus mengubah standar Selain itu, penilaian pribadi juga
diperlukan bila etika dilema menghadapi
Dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
lembaga-lembaga profesional lainnya; RICS menyediakan satu set Aturan Perilaku
mana semua anggota harus mengikuti secara ketat. Lembaga ini telah diperbarui
Aturan Perilaku secara teratur untuk tetap sejalan dengan sosial yang berubah
lingkungan Dokumen-dokumen menutupi area standar pribadi dan profesional,
melakukan kegiatan profesional dan professional bisnis rincian praktek, dan
kerjasama, konflik kepentingan, profesional ganti rugi asuransi, aturan account
anggota ', belajar seumur hidup dan disiplin prosedur. Selain itu, pedoman
etika lainnya-isu terkait disediakan. masalah meliputi prosedur penanganan keluhan,
mendirikan sebuah perusahaan survei, perlindungan terhadap pencucian uang,
kepemilikan file bisnis, dan pengangkatan sebuah locum untuk menutupi pekerjaan
jika surveyor sedang pergi. Sebagai bagian dari ini, RICS telah merancang
prinsip-prinsip inti sembilan etika, yang merupakan 'Alasan' untuk Aturan
Perilaku. Tujuan dari prinsip-prinsip adalah untuk membantu surveyor di
keraguan tentang bagaimana menangani keadaan yang sulit, atau dalam situasi di
mana ada bahaya bahwa profesionalisme anggota dapat dikompromikan. Ini sembilan
prinsip adalah: bertindak dengan integritas, selalu jujur, terbuka dan
transparan dalam urusan Anda, bertanggung jawab untuk semua tindakan Anda, tahu
dan bertindak dalam keterbatasan Anda, obyektif sepanjang waktu, tidak pernah mendiskriminasikan
orang lain, menetapkan contoh yang baik dan memiliki keberanian untuk membuat
berdiri. Surveyor diharapkan tidak hanya untuk menunjukkan pengetahuan dan
pemahaman tentang prinsip-prinsip ini, tetapi juga memiliki komitmen untuk
memenuhi etika standar dan mempertahankan integritas profesi.
Sembilan prinsip dan kode etik melayani tujuan yang
sama yaitu untuk memberikan layanan profesional untuk memastikan bahwa
kepentingan klien terjaga dan kepentingan umum dianggap.
BAB III
PENUTUP
Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai
pedoman berperilaku. Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah
disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk
dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang agak
berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan
sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu
kegiatan atau pekerjaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashworth, A.
(1994) Education and training of quantity surveyors. Construction
Ashworth, A. (1994) Pendidikan dan pelatihan surveyor kuantitas. Konstruksi
Papers , 37. Papers, 37.
Belassi, W.
and Tukel, OI (1996) A new framework for determining critical Belassi, W. dan
Tukel, OI (1996) Sebuah kerangka kerja baru untuk menentukan penting
success/failure
factors in projects. International Journal of Project Management ,
keberhasilan / kegagalan faktor dalam proyek. Jurnal Manajemen Proyek,
14(3),
141-151. 14 (3), 141-151.
Boyd, D. and
Kerr, E. (1998) An analysis of developer-clients perception of Boyd, D. dan
Kerr, E. (1998) Analisis pengembang-klien persepsi
consultants.
Proceedings of ARCOM, September 9-11, 1998: The University of konsultan Prosiding
Arcom September 9-11, 1998:. Universitas
Reading, UK,
88-97. Membaca, Inggris, 88-97.
240 240
Building
(1981) Talking the contract through . Bangunan (1981) Berbicara kontrak melalui.Building
, 24 Bangunan, 24
th th
April,
29-31. (No author) April, 29-31. (Penulis Tidak)
Carey, JL
and Doherty, WO (1968) Ethical Standards of the Accounting Carey, JL dan
Doherty, WO (1968) Etis Standar Akuntansi
Profession , New York: American Institute of
Certified Public Accountants. Profesi, New York: American Institute
Akuntan Publik.
Carmichael,
S. (1995) Business Ethics: the New Bottom Line , London: DEMOS.
Carmichael, S. Etika Bisnis (1995): para Bottom Line Baru, Jakarta:
DEMOS.
Carpenter, J.
(1981) Stage manager. Building , 10 April. Carpenter, J. (1981) Tahap
manajer. Bangunan, 10 April.
Chalkley, R.
(1994) Professional Conduct: A Handbook for Chartered Surveyors ,
Chalkley, R. (1994) Perilaku Profesional: Sebuah Buku Pegangan untuk Chartered
Surveyors,
London:
Surveyors Holdings Ltd. Jakarta: Surveyor Holdings Ltd
Chinyio, E.,
Olomolaiye, P. and Corbett, P. (1998) An evaluation of project needs of
Chinyio, E., Olomolaiye, P. dan Corbett, P. (1998) Evaluasi kebutuhan proyek
UK building
clients. International Journal of Project Management , 16(6), 385-391.
Inggris membangun klien. Jurnal Manajemen Proyek, 16 (6), 385-391.
Construction
Clients Forum (CCF) (1998) Working Together for Better Construction,
Konstruksi Klien Forum (CCF) (1998) Bekerja Bersama untuk Konstruksi Lebih
Baik,
London: CCF.
Jakarta: CCF.
Construction
Industry Board (CIB) (1996 ) Towards a 30% Productivity Improvement
Industri Konstruksi Board (CIB) (1996) Menuju Peningkatan
Produktivitas 30%
in
Construction, London:
Thomas Telford. dalam Konstruksi, London: Thomas Telford.
Construction
Industry Board (CIB) (1997) Constructing Success: Code of Practice for
Industri Konstruksi Board (CIB) (1997) Membangun Sukses: Kode Tata Laku
untuk
Clients of
the Construction Industry, London: Thomas Telford. Klien Industri Konstruksi, London: Thomas
Telford.
Construction
Industry Review Committee (CIRC) (2001) Construct for Excellence:
Industri Konstruksi Review Committee (CIRC) (2001) Membangun untuk
Keunggulan:
Report of
the Construction Industry Review Committee , Hong Kong: CIRC. Laporan Komite Industri
Konstruksi Review, Hong Kong: CIRC.
Posting Komentar